Kamis, 28 April 2016

IndiHome Fiber Optic

Ingin berlangganan IndiHome Fiber?
(Anda dapat mengetahui harga paket IndiHome Fiber yang Anda pilih pada tahap konfirmasi paket pilihan atau melalui petugas Kami)
MELON TOP MUSIC CHART

Ingin berlangganan IndiHome Fiber?
(Anda dapat mengetahui harga paket IndiHome Fiber yang Anda pilih pada tahap konfirmasi paket pilihan atau melalui petugas Kami)
Perhatian!
Telkom tidak melayani transaksi secara tunai selain di Plasa Telkom. Bila ada pihak-pihak yang menghubungi dan meminta secara tunai, mohon diabaikan.

Sekilas Tentang PT Telekomunikasi Indonesia

entang Telkom

Tentang Telkom

Tentang Telkom

Gedung telkom
Tentang Telkom Group
Telkom Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.
Berikut penjelasan portofolio bisnis Telkom:
Telecommunication
Telekomunikasi merupakan bagian bisnis legacy Telkom. Sebagai ikon bisnis perusahaan, Telkom melayani sambungan telepon kabel tidak bergerak Plain Ordinary Telephone Service (”POTS”), telepon nirkabel tidak bergerak, layanan komunikasi data, broadband, satelit, penyewaan jaringan dan interkoneksi, serta telepon seluler yang dilayani oleh Anak Perusahaan Telkomsel. Layanan telekomunikasi Telkom telah menjangkau beragam segmen pasar mulai dari pelanggan individu sampai dengan Usaha Kecil dan Menengah (“UKM”) serta korporasi.
Information
Layanan informasi merupakan model bisnis yang dikembangkan Telkom dalam ranah New Economy Business (“NEB”). Layanan ini memiliki karakteristik sebagai layanan terintegrasi bagi kemudahan proses kerja dan transaksi yang mencakup Value Added Services (“VAS”) dan Managed Application/IT Outsourcing (“ITO”), e-Payment dan IT enabler Services (“ITeS”).
Media
Media merupakan salah satu model bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai bagian dari NEB. Layanan media ini menawarkan Free To Air (“FTA”) dan Pay TV untuk gaya hidup digital yang modern.
Edutainment
Edutainment menjadi salah satu layanan andalan dalam model bisnis NEB Telkom dengan menargetkan segmen pasar anak muda. Telkom menawarkan beragam layanan di antaranya Ring Back Tone (“RBT”), SMS Content, portal dan lain-lain.
Services
Services menjadi salah satu model bisnis Telkom yang berorientasi kepada pelanggan. Ini sejalan dengan Customer Portfolio Telkom kepada pelanggan Personal, Consumer/Home, SME, Enterprise, Wholesale, dan Internasional.
Sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom Group terus mengupayakan inovasi di sektor-sektor selain telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara seluruh produk, layanan dan solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business. Untuk meningkatkan business value, pada tahun 2012 Telkom Group mengubah portofolio bisnisnya menjadi TIMES (Telecommunication, Information, Media Edutainment & Service). Untuk menjalankan portofolio bisnisnya, Telkom Group memiliki empat anak perusahaan, yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Selular (Telkomsel), PT. Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT. Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel).
Visi dan Misi
Visi
 ”Be The King of Digital in The Region”
Misi
“Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization”
Corporate Culture :  The Telkom Way
Basic Belief             :  Always The Best
Core Values            :  Solid, Speed, Smart
Key Behaviours      : Imagine, Focus, Action
Inisiatif Strategis
  • Pusat keunggulan.
  • Fokus pada portofolio dengan pertumbuhan atau value yang tinggi.
  • Percepatan ekspansi internasional.
  • Transformasi biaya.
  • Pengembangan IDN (id-Access, id-Ring, id-Con).
  • Indonesia Digital Solution (“IDS”) – layanan konvergen pada solusi ekosistem digital.
  • Indonesia Digital Platform (“IDP”) – platform enabler untuk pengembangan ekosistem.
  • Eksekusi sistem pengelolaan anak perusahaan terbaik.
  • Mengelola portofolio melalui BoE dan CRO.
  • Meningkatkan sinergi di dalam Telkom Group.

Resep dan Cara Membuat Es Gempol Pleret

Resep Minuman Es Gempol Pleret Segar dan Manis

Headline 728x90
Resep Minuman Es Gempol Pleret Segar dan Manis - www.widhiaanugrah.com
Resep Minuman Es Gempol Pleret Segar dan Manis. Konon minuman ini memilki ciri kekhasan dari beberapa daerah. Sebagian mengatakan bahwa es gempol pleret merupakan minuman khas semarang, ada pula yang mengatakan bahwa es gempol pleret adalah minuman khas Solo (Surakarta), sebagian lagi berkata bahwa es gempol pleret merupakan minuman khas dari Jepara, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa minuman ini khas dari Jakarta, Wallohu’alam.. Terlepas dari itu semua, tanpa mengurangi cita rasa dan kekhasan masing – masing daerah, kami berusaha menyajikan resep terbaik, yaitu resep mudah dan praktis membuat es gempol pleret manis, enak dan lezat. Untuk itu, langsung saja kita mulai dengan mempersiapkan bahan – bahannya terlebih dahulu.

Resep Minuman Es Gempol Pleret Segar dan Manis

Bahan :
program detoks smart detox
  • Tepung sagu 27 gram
  • Tepung beras 180 gram
  • Garam ½ sendok teh
  • Air mendidih 210 ml
  • Santan 1 liter
  • Gula pasir 30 gram
  • Gula merah 310 gram, sisir
  • Daun pandan 3 lembar
  • Garam ½ sendok teh
  • Es batu secukupnya
Cara membuat :
  1. Campurkan tepung beras dan garam. Aduk rata.
  2. Tuangkan air mendidih ke dalamnya sambil diaduk sampai menjadi hangat.
  3. Masukkan tepung sagu. Uleni hingga rata.
  4. Ambil adonan kurang lebih 2 gram, lalu dipulung. Kemudian tekan bagian tengah. Kerjakan sampai adonan habis. Bisa menambahkan pewarna makanan sesuai selera.
  5. Sesudah itu direbus dalam air mendidih hingga matang dan terapung. Angkat dan tiriskan.
  6. Membuat kuahnya yaitu rebus semua bahan kuah yang tersedia sampai mendidih sambil diaduk-aduk. Lalu disaring dan biarkan dingin.
  7. Siapkan mangkok saji, tata bulatan tepung beras, siramkan kuahnya serta tambahkan es batu.
  8. Es gempol pleret siap disajikan.

Resep Minuman Es Gempol Pleret Segar dan Manis

Itulah resep minuman es gempol pleret segar dan manis yang bisa Anda coba resep nya di rumah dan di sajikan saat buka puasa nanti. Pasti keluarga menyukai minuman ini karena rasanya yang segar dan manis. Selamat mencoba ya.

Supercar Bugatti Chiron

Bugatti Chiron

2017 Bugatti Chiron shown
Leaving the 99.999 percent in its dust, the Chiron is a 1500-hp smackdown of every hypercar ever produced in the history of time. An 8.0-liter sixteen-cylinder engine utilizes four turbos to make 1500 hp and 1180 lb-ft of torque for what will surely be epic acceleration; Bugatti claims a top speed of 261 mph. A seven-speed automatic routes that power through all four wheels. If you have to ask, you can’t afford it—expect a price of around $2.6 million when it goes on sale this fall. Official Photos and Info – 2017 Bugatti Chiron

Rank In Hypercars

Official Photos and Info

2017 Bugatti Chiron: The $2.6-Million, 1500-hp, 261-mph Image Booster

Power baller.

With the Bugatti Veyron’s top-speed records, a price tag over $1 million, and distinctive melted-scoop-of-ice-cream styling, it was an instant rolling superlative when it debuted in 2005. Its successor, the new Chiron, is even more of a record- and headline-grabbing show pony. Is it faster? A 310-mph (500 km/h) speedometer and Bugatti’s claim that it’ll do 261 mph say it is.
Never mind that there are few places in the world where anyone could achieve 261 mph, and even fewer owners who will ever attempt the feat, what could hypercars such as the Ferrari LaFerrari, Porsche 918 Spyder, or McLaren P1 offer in retort? That their top speeds are lower, they’re less comfortable, or, critically, that they’re—gulp—cheaper? The Chiron’s game is to be so unattainable, so unimaginable, so magical as to reestablish Bugatti as the ultimate automotive accouterment for those who measure their cash reserves not by face value but with a yardstick.

Make Bugatti Great Again

Bugatti says the 4400-pound Chiron is “the world’s first production sports car with 1500 hp.” It’s best to simply shelve any expectations of modesty on Bugatti’s part. After all, when the car you’re replacing produced 1200 horsepower, hit 258 mph, and cost more than $2 million, adding an extra 300 horsepower, 3 mph of governed top speed, and half a million to the window sticker matters. Oh, and just 500 will be made, because nobody wants a mass-produced $2.6-million car.
Between Bugatti’s braggadocio and posturing, there are real improvements to the Veyron’s formula. Does it matter that, if every strand of carbon fiber in its new central tub were laid end to end, they’d “stretch nine times the distance between the earth and the moon”? No, and we pity the Bugatti employee charged with checking the arithmetic on that factoid. But it is indicative of a real effort to reduce—or at least hold the line on—the Chiron’s weight relative to that of the somewhat pudgy Veyron. All of that carbon fiber—the body panels also are made of the stuff—helps keep the Chiron right around the same weight as the 4486-pound Veyron, despite being 3.2 inches longer, 1.6 inches wider, and 0.3 inch taller. Bugatti further claims that the Chiron’s structure is as stiff as those underpinning LMP1 racing prototypes.
At the risk of sounding beguiled, the styling of the Chiron is notably more fetching than that of the Veyron. The C-shaped curve carved into each side of the body recalls Bugatti’s 1930s-era art-deco masterpieces, the Type 57 Atlantic and Atalante, as does the spear running down the car’s spine. The all-mesh tail appears to belong to a different car, but the surfaces bending and flowing beyond it are nearly beautiful. Up front, Bugatti’s horseshoe-shaped grille remains—stamped with a badge rendered from five ounces of silver—and is flanked by quad-LED headlights. Moving aerodynamic elements range from a hydraulically operated diffuser, front splitters, and a four-position rear spoiler/wing that can sit flush with the rear bodywork, extend slightly (the setting for top-speed runs), fully extend, or fully extend and tilt in its air-brake setting. The underbody is totally smooth save for NACA ducts that gulp air for cooling the engine, the transaxle, and the rear brakes.

What’s an Extra 3 mph?

When chasing top-speed honors, horsepower matters. Even so, there are diminishing returns in the fight against the atmosphere at higher speeds. The Chiron’s redesigned 8.0-liter quad-turbocharged W-16 engine produces 1500 horsepower, 300 more than the outgoing Veyron Super Sport—and yet it tacks only another 3 mph onto that car’s top speed, and only eight more atop the 1001-hp Veyron 16.4’s 253-mph max. Bugatti has tuned the Chiron’s four turbochargers to work sequentially, with two operating at low engine speeds for better response before the other two take over above roughly 3800 rpm for maximum power. Down the line, there no doubt will be additional variations on the Chiron theme that add precious miles per hour to the top speed.
Exhaust is routed from the turbos to a new titanium exhaust that Bugatti claims weighs 44 pounds, which is “extremely light compared with similar [16-cylinder] units.” Perhaps the automaker is referring to the chrome stacks on semi trucks, because it also proudly describes two of the catalytic converters as being “six times as large as [those] fitted to a medium-sized car” and boasts that the total exhaust-scrubbing area of all six catalytic converters is greater than that of 30 soccer fields. This should give you some idea of the level of emissions produced by an 8.0-liter 16-cylinder engine.
As in the Veyron, torque is routed to all four wheels via a seven-speed dual-clutch automatic transmission. Bugatti claims the clutches are the “largest, highest-performing” such components ever fitted to a car. They’d better be if they’re going to stand up to the 8.0-liter’s 1180 lb-ft of torque during sub-2.5-second rips to 62 mph. Also like the Veyron, the Chiron is a rolling heat-exchanger farm, with more than 13 gallons of coolant circulating through two separate cooling loops. The first loop holds 3.2 gallons of liquid and cools the turbochargers’ intercoolers; the larger loop services the engine and pumps 9.8 gallons of coolant through its veins into three radiators. There also are heat exchangers for the engine, transmission, rear-differential, and hydraulic oils, as well as those needed for cabin heat and air conditioning.
Bugatti has expanded the number of drive modes to five. There is a standard “EB” automatic mode, as well as Lift (for speed bumps and driveway entrances), Autobahn, Handling, and Top Speed. Moving among the settings alters the dampers, the ride-height actuators, the electrically assisted power-steering calibration, the electronically controlled rear differential, the active aerodynamics, and the stability control. The driver can select Lift, EB, Autobahn, and Handling modes using a dial on the steering wheel, but, as on the Veyron, Top Speed requires a separate “Speed Key” and unlocks the Chiron’s Vmax potential. The other drive modes limit top speed to 236 mph (Lift mode cancels out at 31 mph), still more than enough to get valet attendants in trouble. Anything past 112 mph automatically activates Autobahn mode, while in the Handling setting, the Chiron lowers itself, raises its rear wing to its highest position, and stiffens the dampers.
Bugatti claims the Chiron can pull 1.50 g’s in lateral acceleration; this probably has more to do with the car’s massive 20-inch 285/30 front and 21-inch 355/25 rear bespoke Michelin tires than outstanding chassis tuning or light weight. Those tires, by the way, also are said to boast a larger contact patch than the Veyron’s and will apparently be “easier to install and allow lower operating expenses.” Considering how the Veyron Super Sport’s tires cost $42,000 per set and required the replacement of all four wheels after three tire swaps ($69K), the change is welcome. Because the rear air brake alone won’t quickly shave big speed, the Chiron uses carbon-ceramic brake rotors that are all 0.8-inch larger in diameter and 0.1-inch thicker; the front rotors are 16.5 inches across and the rears are 15.7. The front brake calipers employ eight pistons, while the rears have six.

Inside Thoughts

The Chiron’s interior has been completely redesigned and seems to have been given nearly as much thought as figuring out how to make a 4400-pound chunk of carbon fiber and metal hurtle through the atmosphere at more than 200 mph. The aesthetic is spare yet clearly upscale. A glowing rib echoing the external “spine” sweeps down the middle of the cabin and is said to be “the longest light conductor used in the automobile industry.” A waterfall of simple aluminum dials for the climate system pours down a gleaming aluminum strip supported by carbon-fiber ribbing, while infotainment and navigation duties are handled by a pair of screens flanking the analog speedometer. The entire gauge pod, in fact, is an incredible piece of sculpture that is milled from billet aluminum.
Whatever isn’t slathered in leather or hewn from aluminum is covered in carbon fiber. The audio system is provided by Accuton, and it can be tuned to account for any of the 31 different leather choices and eight microsuede options for the interior. (Have you ever heard the reverb produced by soft Corinthian leather? Ask Ricardo Montalban.) And whether or not Bugatti is lobbing a pun when it says that the one-carat diamond membrane in each of the four tweeters deliver “crystal-clear sound,” we’re pretty sure the point is that there are diamonds in the speakers. For Chiron customers with Louis Vuitton–brand tinfoil hats, Bugatti says the car has “an extremely high level of electromagnetic compatibility” borne out by tests of an unspecified military standard.
Awestruck yet? There’s little doubt that the Chiron trumps even the mighty Veyron in the jaw-slackening department. The Chiron is undoubtedly an engineering triumph and the pinnacle of immoderation; the masses should be properly enthralled. Most critically, so should those with the considerable means to purchase one.

Mesin G15A Suzuki APV

Mesin seri G dan kawan-kawan

Posted on Updated on
Siapa yang tidak mengenal mesin seri G dari Suzuki, digunakan sejak era Suzuki Esteem (dikenal dengan sebutan Suzuki Amenity / Cultus / Eleny / Swift) dengan seri G13A, Suzuki Jimny Carribbean (SJ413)dan Suzuki Every dengan seri G13B, Suzuki Carry Futura 1.3 – 1.5 – 1.6 (menggunakan G13A, G15A dan G16A sesuai kapasitas mesin), Suzuki Baleno dan Suzuki Vitara EPI 4×4 / Escudo (Nomade) / Sidekick  menggunakan G16A/B serta Suzuki APV sendiri yang menggunakan mesin G15A untuk pasar Indonesia dan mesin G16A untuk pasar ekspor (versi minivan, blind van & pick-up).

Mesin seri G dari Suzuki sendiri juga digunakan untuk mobil platform M produksi General Motor, seperti Holden Barina, Chevrolet Sprint dan Geo Tracker.
Untuk Anda ketahui, mesin seri G sendiri hanya salah satu jenis dari 12 jenis mesin produksi Suzuki yang beredar di dunia, sedangkan di Indonesia sendiri hanya 5 tipe mesin termasuk seri G yang digunakan oleh APV diantaranya :
– seri F menggunakan tipe F10A = Suzuki Carry 1.0, Suzuki Forsa, Suzuki Super Jimny, Suzuki Katana & Suzuki Karimun
– seri H menggunakan tipe H25A = Suzuki Escudo XL-7
– seri J menggunakan tipe J20 pada Suzuki Grand Vitara  2.0 dan tipe J24 pada Suzuki Grand Vitara 2.4
– seri K menggunakan tipe K10B  pada Suzuki Karimun Estilo dan tipe K12M pada Suzuki Splash dan New Swift Euro / JDM serta K14B pada Suzuki Ertiga (Mazda VX-1) dan New Swift (CBU Thailand)
– seri M menggunakan tipe M15A = Suzuki Baleno (Baleno Millenium, Baleno Next-G), Suzuki Swift, Suzuki SX4 (Crossover / Crossroad) & Suzuki Sx4 sedan (Neo-Baleno)
Mesin-mesin tersebut diatas memiliki reputasi badak, terutama terhadap kebiasaan mayoritas pengemudi di Indonesia yang gemar menyiksa mobil, ditambah kualitas BBM di Indonesia yang tidak sepenuhnya bagus, juga daya tahan yang mumpuni terhadap kondisi alam tropis Indonesia.
Sekarang kembali ke pembahasan mesin seri G15A dan G16A yang digunakan pada APV, pada dasarnya basis mesin tersebut sama. yang membedakan hanya dari kapasitas mesinnya saja. Tapi bagaimana dengan mesin seri G lainnya ? sayangnya perbedaannya terlalu banyak, dari jumlah katup pada mesin, sistem pembakaran, jenis SOHC maupun DOHC dan ukuran mesin itu sendiri.
Tapi jangan kecewa dulu mesin G15A yang digunakan pada APV pun secara mudah dapat dengan mudah diubah menjadi mesin G16A, yang hanya perlu anda ubah hanyalah mengganti kruk-as dan con-rod (setang piston) dari mesin G16A/B milik Suzuki Vitara EPI atau milik Suzuki Baleno. Otomatis perubahan komponen tersebut juga menambah sekitar 6 hp pada APV.
Kenapa hanya sedikit tenaga yang didapat ? secara teknis berat kosong APV (versi domestik G15A = 110hp) mencapai 1.3 ton sedangkan Vitara EPI dan Baleno mencapai 1.1 ton. Bobot tersebut belum termasuk berat pengemudi, penumpang dan muatan barang. Selain itu juga faktor kompresi mesin dan jenis BBM yang digunakan mempengaruhi output tenaga mesin (hal ini juga yang menyebabkan konsumsi BBM APV tidak terlalu irit bila dibandingkan kompetitornya).
Nah pertimbangan perlu tidaknya dalam menambah kapasitas mesin tergantung pada anda sendiri, namun jangan kaget bila APV anda menjadi liar dan ucapkan selamat tinggal pada keinginan untuk membuat APV anda irit BBM.

Sensor pada Mesin Mobil Injeksi

Cara kerja sistem injeksi dan nama" sensor pd mobil

Cara Kerja Sistem Injeksi

Teknologi injeksi bahan bakar adalah salah satu dimana bahan bakar secara langsung dipasok ke dalam ruang silinder intake manifold. Pada kendaraan bermotor yang sudah menerapkan sistem injeksi, memiliki bagian yang berfungsi untuk mengontrol dan mengatur pasokan udara dan bahan bakar ke dalam ruang pembakaran secara efektif dan efisien. Bagian kontrol ini terdapat sensor (berupa elektronik) yang akan mengatur jumlah udara dan bahan bakar secara homogen sesuai dengan kebutuhan mesin.
Selama sensor bekerja dengan baik, kemungkinan kerusakan sangat kecil. Sistem throttle body pasokan bahan bakar yang terletak di throttle body langsung ke ruang asupan sedangkan sistem titik tunggal akan memasok bahan bakar dari injektor tunggal. Sensor ini akan membaca putaran mesin dan jumlah udara kemudian akan mengirimkan hasil pembacaannya tersebut kepada ECU (Engine Control Unit). ECU akan menghitung dan mengolah selanjutnya akan menentukan jumlah bahan bakar yang akan disemprotkan ke dalam ruang bakar.
  • Good spray pattern but weak supply (clogged filter)
  • Poor spray pattern (obstruction in spray path)
  • Poor spray pattern (obstruction in spray path)
  • Very poor spray pattern (major obstruction in spray path)
  • Good spray pattern with good supply (cleaned injector)
  • Very poor spray pattern (major obstruction in spray path)
Saat bahan bakar mengalir dari tangki bahan bakar menuju proses atomisasi,atau proses pengkabutan bahan bakar yang akan disemburkan melalui throttle valve. Proses pengkabutan bahan bakar tersebut terjadi karena bahan bakar mengalami pemampatan dan memperoleh tekanan yang cukup tinggi, sehingga diperoleh hasil berupa asap atau kabut. Bahan bakar berbentuk kabut ini akan dikeluarkan lewat lubang injektor canonical yang posisinya menghadap ke ruang bakar mesin.
Dengan sistem ijeksi ini bisa dipastikan bahwa bahan bakar secara efisien bercampur dengan udara dan dipasok ke ruang bakar untuk menghasilkan tenaga yang efisien.
Keunggulan Sistem Injeksi

Keunggulan mobil sistem injeksi

Dari cara kerja sistem injeksi pada kendaraan bermotor ada beberapa keunggulan yang diperoleh antara lain:

1. Efisiensi BBM atau dengan kata Lain lebih Hemat BBM

Pada sistem karburator tidak semua bahan bakar yang masuk tidak semuanya bisa terbakar, sehingga terbuang percuma. Sedangkan pada sistem injeksi semua bahan bakar akan terbakar sempurna sehingga tidak ada yang terbuang.

2. Emisi Gas Buang Yang lebih rendah.

Dengan Bahan bakar yang terbakar sempurna semuanya maka emisi gas buang juga akan menjadi rendah.

3. Tenaga Mesin lebih besar

Karena semua bahan bakar terbakar semua otomatis tenaga mesin menjadi lebih besar. Selain itu konstruksi injektor tepat berada pada intake manifold sehingga pencampuran bahan bakar lebih homogen dan pembakaran yang dihasilkan lebih sempurna.

4. Lebih Mudah Perawatan

Karena bersifat elektrik, maka perawatan mesin berinjeksi relatif lebih mudah, karena tidak perlu bongkar karburator saat melakukan servis rutin, hanya perlu menyetel lewat alat khusus
Sistem injeksi pada kendaraan bermotor memberikan banyak manfaat bagi kendaraan bermotor namun semua komponen harus bekerja dengan sempurna. Selain itu tidak semua orang memiliki keahlian dalam menangani mesin dengan sistem injeksi ini. Perlahan namun pasti teknologi otomotif akan mengakomodasi sistem injeksi. Tidak hanya pada mobil, saat ini sepeda motor juga semakin banyak yang menggunakan sistem injeksi.
NAMA-NAMA SENSOR PD MOBIL Avanza,Xenia,Terios,Rush
 
1. MAP Sensor, Map sensor terletak di rumah filter udara, memiliki tiga kabel yang berfungsi untuk mendeteksi kevacuuman pada intake manifol atau camber.
Gambar Letak Map sensor Avanza,Xenia,Terios dan Rush silakan lihat dibawah ini.Gambar leta sensor pada mobil Avanza, xenia, rush dan terios
2. TPS atau Throttle Position Sensor, TPS atau Sensor Posisi Throttle terletak di throttle body atau katup gas, berfungsi untuk mengetahui berapa persen katup gas (throttle valve) dibuka atau seberapa lebar katup gas terbuka saat pedal gas diinjak.

3. CKP Sensor, CKP sensor atau CrankShaft Posision Sensor terletak di bagian depan mesin bagian bawah untuk mendeteksi posisi TOP silinder.

4. Camshaft Sensor, Camshaft sensor berfungsi untuk mendeteksi posisi camshaft.

5. ISC atau Idle Speed Control Valve, ISC termasuk aktuator, sesuai dengan namanya ISC valve adalah sparepart atau komponen yang berfungsi untuk mengatur putaran mesin saat idel atau stationer.

6. IAT (Intake Air Temperatur) atau Sensor temperatur udara masuk, sensor temperatur udara masuk berada di filter udara yang berfungsi untuk mendeteksi berapa derajat celsius suhu udara yang masuk di ruang filter udara sebelum ke mesin.

7. ECT atau Engine coolant Temperature,  ECT atau sensor temperatur cairan pendingin mesin yang bertugas untuk memberi sinyal untuk menghidupkan kipas radiator saat mesin sudah panas.

8. Sensor Knock, berfungsi untuk mendeteksi terjadinya knocking pada mesin. Knock sensor terbuat dari piezo electric element yang menghasilkan tegangan saat piezo electric element-nya berubah bentuk, hal ini terjadi pada saat block silinder vibrasi yang disebabkan karena terjadinya knocking.

9. Vacuum Switching Valve (EVAP) atau VSV, VSV bukanlah sensor tetapi aktuator, fungsi katup vsv (EVAP) adalah untuk membuka saluran uap bensin dari tanki melalui charcoal canister, uap bensin dari tanki tersebut akan ikut terbakar didalam mesin. Katup vsv biasanya bekerja setelah kondisi mesin sudah panas.

10. Oxygen Sensor, O2 sensor adalah sensor gas buang, sensor oksigen berfungsi untuk mendeteksi oksigen didalam gas buang hasil pembakaran mesin, oksigen sensor terletak di knalpot atau exhaus manifold.

11. OCV atau Oil Control Valve, OCV termasuk aktuator yang berfungsi untuk mengatur oli mesin yang masuk ke VVT-i.


12. Injektor Bahan Bakar adalah aktuator yang berfungsi untuk menyemprotkan atau mengabutkan bensin ke dalam mesin atau ke dalam ruang bakar.

13. Pompa Bensin atau pompa bahan bakar, dimana letak atau posisi pompa bensin?Pada Avanza, xenia, terios atau rush dan mobil injeksi pada umumnya, letak atau posisi pompa bensin berada didalam tangki. Pompa bensin ini berfungsi untuk menaikan tekanan bahan bakar sebelum dikabutkan oleh injektor.

demikianlah informasi yg saya dapat,
semoga bermanfaat dan berguna . . .
  wassalamualaikum wr.wb

Sejarah Suzuki APV Minibus

Sejarah Suzuki APV

Sejarah APV :

APV akronim dari All Purpose Vehicle (bisa disebut All Purpose Van atau ASEAN Project Van atau Advanced Passenger Van serta akronim tak resmi lainnya) awalnya dimulai dari produk tes Suzuki yaitu Suzuki Every, minivan dengan model semi-bonnet bermesin G13B yang pada tahun 2004-2005 terjual habis sebanyak 538 unit di seluruh Indonesia.

Awalnya diperkirakan Suzuki Every inilah yang jadi modal jualan baru PT. Indomobil Suzuki (sekarang berubah menjadi PT. Suzuki Indonesia Sales / SIS) tapi ternyata hanya model semi-bonnetnya saja yang diambil sebagai dasar dari bentuk suzuki APV yang ada sekarang.

Suzuki APV diproduksi di plant Suzuki Tambun ~ Indonesia, dirilis ke publik pertama kali pada tahun 2005 dan diekspor ke negara ASEAN, Australia, Oman, Dubai, Qatar serta beberapa negara di benua Afrika.

Spek Teknik :

- Model Bodi : Minivan semi-bonnet, chassis-on-frame
- Mesin : G15A, 1495cc (domestik) & G16A, 1597cc (ekspor)
- Opsi Transmisi : transmisi manual 5 tingkat & transmisi otomatis 4 tingkat
- Konfigurasi Penggerak : MR (Mid-engine Rear Wheel Drive)
- Kapasitas Penumpang : 7 & 8 penumpang
- Varian Model Trim : GA, GE, GE-f2f, GL, GX, SGX, SGX+ (Arena Luxury)



Beda APV type I dan Type II (Arena) selain sisi eksterior dan interior

- Type I masih menggunakan per daun pada gardan belakang, Type II sudah menggunakan per keong (coil spring)

- Type II memiliki karakter akselerasi lebih lamban dibanding Type I dikarenakan perbedaan rasio transmisi (untuk varian transmisi otomatis tidak ada perubahan rasio transmisi)

- Gandar / gardan Type II lebih besar dibanding gardan pada Type I dikarenakan besarnya rasio final gear dan rasio transmisi.

- Type II sangat dianjurkan menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan minimal RON92 dikarenakan rasio kompresi mesin yang meningkat, jika tidak, tenaga yang dikeluarkan mesin sangat tidak optimal. Sedangkan Type I masih aman menggunakan bahan bakar dengan oktan RON88 karena rasio kompresi mesin lebih kecil.


Optimalisasi Mesin G15A

Nggak sedikit yang bilang kalo mesin G15A di APV terkesan kurang bertenaga & juga gak terlalu irit konsumsi BBM-nya. 

Tapi bukan berarti mesin APV nggak bisa diacak-acak, untuk kategori optimalisasi atau bisa disebut light tune bisa ikuti langkah dibawah ini :

- mengganti oli mesin menggunakan jenis viskositas 10w-30 atau 5w-30, merk yang direkomendasi ialah Idemitsu ECO 10w-30 dan SGO 5w-30 (sudah pernah dicoba)

- ada 2 opsi mengenai penggantian oli transmisi & oli gardan :
* Opsi Bengkel Resmi Suzuki : menggunakan oli dengan viskositas 75w-90 untuk gardan & transmisi (penggantian oli mengikuti standar servis bengkel resmi)
* Opsi Panji Auto : menggunakan oli shell spirax 80w-90 untuk gardan & shell spirax 75w-90 untuk transmisi (penggantian oli tiap kelipatan 100.000 KM ~ sudah dicoba di KR pribadi)

- setel klep untuk APV tipe I di 0.30 (transmisi manual) dan setel klep untuk APV tipe II di 0.15 (juga untuk APV tipe I bertransmisi otomatis)

- ganti busi dengan tip platinum ganda atau iridium, diketahui sejauh ini busi yang cocok digunakan ialah NGK BKR6-EGP dan Autolite APP3924. (keduanya menggunakan tip platinum)

- sangat disarankan mengganti filter udara standar dengan filter udara aftermarket semisal merk JFC atau SIMOTA, hal ini dikarenakan umur pakainya 4 kali yang lebih panjang dibanding filter udara standar.

- bila angka odometer pada mobil telah melewati KM 30.000 atau kelipatannya, sangat disarankan untuk segera menguras tangki BBM dan membersihkan pompa BBM, hal ini dikarenakan kualitas BBM di Indonesia yang mutunya kurang baik.

Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000004607595/suzuki-apv--part-2---revised/


Kalau anda lagi di Surabaya saya sarankan ke Bengkel Banana Speed yang terletak di Jl. Medokan Asri I / K22 (dekatnya UPN Jatim) 0318704876 untuk service Tune Up dsb mulai dari Harga Rp. 200.000 - 500.000